Kajian ini merupakan translite dari kitab " AHLAL MUSAMAROH fi hikayatil aulia'il 'asyroh (MANISNYA OBROLAN MALAM, yang menceritakan wali sepuluh) yang disusun oleh Abul Fadlol bin Abdusy Syakur dari desa Senori, kabupaten Tuban.
Kajian ini diterbitkan setiap hari jumat
----------------------------------------------------------------------------------------------------
1.10. Raja Mundhi Wangi
Dalam
keterangan sebelumnya dijelaskan bahwa raja Pajajaran yang bernama Mundhi Wangi
dari istrinya yang kedua, lahir seorang anak laki-laki bernama Ciyung Menara. Dari Ciyung Menara lahir
anak laki-laki bernama Bambang Wechana.
Seorang anak laki-laki lahir darinya bernama Bambang Pamengker. Bambang pamengker ini selanjutnya tidak mau tunduk
di bawah kekuasaan raja Majapahit. Ia menyingkir di bawah sebuah gunung bernama
gunung Semeru. Untuk seterusnya,
lahir seorang anak laki-laki bernama Minak Prenggola. Dari Minak Prenggola
lahir seorang anak laki-laki bernama Minak
Sembayu. Minak Sembayu inilah yang kemudian menjadi penguasa di negeri
(kerajaan) Belambangan. Dan di bawah
ini akan dipaparkan kisah yang berhubungan dengan uraian di atas.
1.11. Sayyid Maulana Ishaq
Kisah ini
adalah kisah yang dialami oleh Sayyid Maulana Ishaq yang asal usulnya telah
dijelaskan di muka. Bahwa ia adalah saudara kandung dari Sayyid Ibrahim. Suatu
hari saat ia menapakkan kaki di tempat yang menjadi tujuannya, ia melakukan
pengelanaan mengelilingi bumi. Hingga ia sampai di daerah yang bernama Pasai. Pasai adalah sebuah daerah yang
terletak di kepulauan Sumatra. Dan
Sayyid Maulana Ishaq menetap di daerah tersebut. Darinya lahir dua orang anak,
yaitu seorang laki-laki bernama Sayyid
Abdul Qodir dan seorang perempuan bernama Sarroh ( Sarrah ).
Kemudian
Sayyid Maulana Ishaq mengadakan perjalanan menuju ke pulau Jawa dan
meninggalkan kedua anaknya di Pasai bersama Ibunya. Hal itu dilakukan karena
kedua anaknya masih begitu kecil untuk mengadakan perjalanan yang jauh. Ia menaiki sebuah kapal
milik seorang laki-laki yang berasal dari daerah Gresik. Kapal itu berlayar di atas laut dengan ditiup angin yang
begitu tenang. Hingga sampailah kapal itu di Gresik dan kapal merapat di
pelabuhan. Semua penumpang turun ke daratan termasuk Sayyid Maulana Ishaq. Di
daerah Gresik tersebut ia menetap untuk beberapa waktu. Kemudian ia melanjutkan
pengembaraanya ke Surabaya. Setelah sampai di sana, ia memasuki sebuah desa
yang bernama Ampel pada waktu sholat
ashar. Bertepatan dengan itu, disebuah masjid, ia melihat Sayyid Rahmad sedang
mendirikan Sholat. Sayyid Rahmad bertindak sebagai imam dan tiga orang, yaitu
Abu Hurairah, Ki Wira Jaya dan KI Bang Kuning, sholat sebagai makmum di
belakangnya. Sayyid Maulana Ishaq menunggu di luar masjid. Maka saat Sayyid
Rahmad selesai dari sholatnya, Sayyid Maulana Ishaq mengucap salam kepada
Sayyid Rahmad. Salam dari Sayyid Maulana Ishaq dijawab oleh Sayyid Rahmad
dengan penuh rasa takdzim. Keduanya
kemudian terlibat saling tanya tentang nama dari masing-masing serta tentang
nama orang tua masing-masing. Dari perbincangan mereka itu, Sayyid Rahmad
mengetahui bahwa yang ada di hadapannya ini, yaitu Sayyid Maulana Ishaq, adalah
saudara kandung dari ayahandanya. Maulana Ishaq kemudian berkata kepada Sayyid
Rahmad, "Tidak kusangka, ternyata engkau adalah anakku. Karena ayahmu itu
adalah saudara kandungku."
Kemudian
Sayyid rahmad berkata, "Di pulau Jawa ini tidak ditemukan seorang muslim
sama sekali, kecuali aku, saudaraku yang bernama Sayyid Raja Pendita dan
temanku bernama Abu Hurairah. Jadi, bisa dikata bahwa kita ini adalah orang
islam pertama yang hidup di pulau Jawa ini."
Maulana
Ishaq kemudian menjawab, "Kalau begitu, karena kamu adalah termasuk orang
islam pertama yang ada di pulau Jawa ini, maka aku akan menamaimu dengan nama Sunan Maqdum. Maksudnya Sunan adalah karena kamu seoranng imam
yang keberadaannya lebih dulu ada. Sedang maksudnya Maqdum adalah karena kamu termasuk orang Jawa pertama yang memeluk
islam." Setelah itu, mereka mengundang dan mengumpulkan orang-orang serta
mengadakan Walimah untuk menetapkan
nama yang baru diberikan oleh Sayyid Maulana Ishaq kepada Sayyid Rahmad.
Selama
itu, Sayyid Rahmad tak henti-hentinya mengajak orang-orang untuk memeluk agama
islam serta untuk beribadah menyembah Alloh SWT. Hingga seluruh penduduk desa Ampel
dan sekitarnya serta banyak dari penduduk Surabaya yang mengikutinya memeluk
agama islam. Prestasi yang cemerlang itu tidak akan tercapai kecuali dengan
kebaikan penuturan serta kebijaksanaan dari Sayyid Rahmad dalam berda'wah.
Selain itu kebaikan pekerti dalam bergaul dengan manusia dan cara berdebat yang
baik yang ia peragakan, juga merupakan faktor utama yang mendukung tercapainya
semua itu. Dari semua yang dilakukan oleh Sayyid Rahmad adalah karena mengikuti
perintah Alloh SWT dalam ayat;
اُدْعُ اِلَى
سَِبيْلِ رَبِّكَ باِْلحِكْمَةِ وَاْلمَوْعِظَةِ اْلحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
باِلَّتِي هِيَ اَحْسَنُ ...الأية (النحل : 125)
Serulah (manusia) pada jalan
Tuhanmu dengan hikmah, nasehat yang baik. Dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik...(Q.S. An-Nahl : 125)
...وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ (الحجر : 88)
Dan merendah dirilah kamu
terhadap orang-orang yang beriman. (Q.S.
Al-Hijr : 88)
يَا بُنَيَّ اَقِمِ الصَّلاَةِ وَءْامُرْ
باِْلمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا اَصَابَكَ اِنَّ ذَالِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
(لقمان : 17)
Hai anakku, dirikanlah sholat.
Suruhlah manusia melakukan perbuatan
baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar. Serta bersabarlah atas apa
yang menimpa diri kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal yang
diwajibkan oleh Alloh SWT. (Q.S. Luqman : 17)
Seperti
inilah seyogyanya para pemimpin (imam) dan para cendekia kaum muslimin
berperilaku. Menapak di atas jalan yang diridloi. Hingga banyak manusia akan
memasuki agama islam dengan cara bergolong-golong. Seorang pujangga menuliskan
beberapa bait syair;
Bersikaplah
pemaaf dan perintahkan hal yang baik dengan cara yang baik (benar),