Selamat datang di Website PP. Adnan Al Charish

Kajian Wali Songo Bag.6

PAK WALANG
Kajian ini merupakan translite dari kitab " AHLAL MUSAMAROH fi hikayatil aulia'il 'asyroh (MANISNYA OBROLAN MALAM, yang menceritakan wali sepuluh) yang disusun oleh Abul Fadlol bin Abdusy Syakur dari desa Senori, kabupaten Tuban.
Kajian ini diterbitkan setiap hari jumat
----------------------------------------------------------------------------------------------------


1.7. Raja Banjar
Sebelum peristiwa yang menimpa Sayyid Raja Pendita dan Sayyid Rahmad di atas, dijelaskan bahwa di kerajaan Pajajaran dipimpin oleh seorang raja yang bernama Arya Banjar. Ia adalah anak laki-laki dari raja Sang Mundhi Wangi. Arya Banjar memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Arya Mentahun. Ia (Arya Mentahun) memiliki seorang anak perempuan bernama Rondho Kuning. Rondho kuning memiliki tiga orang anak di antaranya adalah Arya Galuh, Arya Tanduran, dan Arya Bangah. Dari Arya Galuh dilahirkan tiga orang anak, yaitu Arya Beriben, Arya Teja, dan Ki Tarub. Arya Beriben memiliki dua orang anak salah satunya adalah perempuan yaitu Madu Retno. Dan seorang anak laki-laki bernama Jaka Qondar. Arya Teja memiliki dua orang anak. Seorang perempuan dan seorang laki-laki, yaitu Chandra Wati dan Raden Syukur. Ki Tarub memiliki tiga orang anak perempuan, yaitu anak pertama bernama Raden Ayu Nawang Sih (Nawang Asih), yang kedua bernama Raden Ayu Nawang Sasi, dan yang ketiga bernama Raden Ayu Nawang Arum. Hanya Alloh SWT yang Maha Mengetahui. Akan dituturkan cerita yang berhubungan dengan uraian kisah di atas.

1.8. Akhirnya Mereka Menetap di Jawa
Sayyid Raja Pendita dan Sayyid Rahmad berniat untuk kembali ke negeri asal mereka, negeri Campa karena perihal sesuatu yang menyebabkan mereka selalu bersusah hati dan sedih. Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Maka dari itu, mereka mengutarakan keinginan mereka kepada raja Brawijaya. Brawijaya mencegah mereka berdua dan ia berkata, "Begitu berat aku berpisah dengan kalian berdua. Maka janganlah kalian kembali pulang ke negeri kalian! Jika kalian ingin memiliki kekuasaan atas suatu wilayah, maka aku akan memberi kalian kekuasaan seperti yang kalian inginkan. Apakah menjadi patih, kepala administrasi atau kepala wilayah terserah kalian. Apabila kalian ingin menikah, maka pilihlah anak gadis dari para patih ataupun pemimpin-pemimpin daerah yang kalian suka. Sesungguhnya aku mencegah kalian untuk pulang ke negeri kalian karena aku mendengar berita bahwa raja daerah Hindustan sedang giat untuk memerangi daerah Kupeng, Kalkutta, Jiri, Malibar dan daerah sekitarnya. Dari daerah-daerah itu tidak ada yang tersisa dan tidak ada jalan lain kecuali tunduk di bawah kekuasaan Hindustan. Kecuali negeri kalian, Campa. Karena di Campa sedang bergolak perang dengan pasukan Hindustan dan sampai saat ini aku tidak mengetahui bagaimana akhirnya nasib negeri Campa." Setelah mendengar penuturan Brawijaya dan begitu sangat pencegahan yang dilakukan oleh Brawijaya, maka mereka mengikuti kemauan Brawijaya untuk tetap tinggal di Majapahit.
Kemudian setelah itu mereka pun menikah. Sayyid Raja Pendita menikahi anak gadis Arya Beriben, bernama Madu Retno di daerah Ris. Kemudian mereka mendirikan sebuah rumah di sebuah desa yang bernama Sinabun. Sayyid Rahmad menikahi anak gadis Arya Teja yang bernama Raden Ayu Chandra Wati. Merekapun mendirikan sebuah rumah di desa Ampel Dhenta atau ampel Gading yang termasuk dari desa yang ada di Surabaya. Sedang Abu Hurairah menikahi seorang gadis dari desa Tanggerikan yang bernama Samiroh binti Husain. Setelah menikah, pekerjaan mereka sehari-hari adalah bertani kapas. Yaitu Abu Hurairah yang memetik kapas dan Samiroh yang memillih dan membersihkannya. Setiap hari ia memberikan kapas tersebut kepada Sayyid Rahmad untuk digunakan sebagai sumbu lentera penerang yang ada di masjid. Karena kebiasaannya inilah Sayyid Rahmad menyebutnya dengan Ki Agung Kapas.
Seorang laki-laki dari Majapahit yang bernama Wira Jaya telah mengikuti dan mengabdi kepada Sayyid Rahmad. Oleh Sayyid Raja Pendita ia diperintah untuk bekerja sebagai tukang pande besi.
Tiga orang anak dilahirkan dari hasil pernikahan Sayyid Raja Pendita. Mereka adalah Hajj Utsman, Utsman Hajj, dan Nyai Ayu Gedhe Tondho. Dari perkawinan antara Sayyid Rahmad dengan Raden Ayu Chandra Wati dilahirkan lima orang anak. Di antaranya adalah Sayyidah Syarifah, Sayyidah Muthmainnah, Sayyidah Hafshoh dan Sayyid Ibrahim. Setelah itu, Sayyid Rahmad menikahi seorang gadis yang bernama Mas Karimah binti KI Bang Kuning. Dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai dua orang putri bernama Murtiyyah dan Murtasimah. Ini adalah cerita yang dialami oleh Sayyid Raja pendita dan Sayyid Rahmad.

1.9. Ki Tarub
Sedang anak-anak Ki Tarub yang pernah diceritakan di atas, yang bernama Nawang Asih dinikahi oleh Lembu Peteng anak laki-laki Brawijaya. Lembu Peteng kemudian disebut dengan nama mertuanya, Tarub, dan ia menguasai daerah yang ia tempati. Ia memiliki seorang anak bernama Getas Pandhu (Getas Pendhowo). Nawang Sasi dinikahi oleh Raden Jaka Qondar yang menetap di desa Melaya, daerah Bangkalan, Madura. Darinya dilahirkan dua orang anak perempuan bernama Asiyah dan Dewi Iroh. Dan anak Ki tarub yang terakhir yang bernama Nawang Arum dinikahi oleh Raden Syakur yang menguasai daerah Wilatikto (yang terkenal dengan sebutan Tumenggung Wilotikto).

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.