Selamat datang di Website PP. Adnan Al Charish

Kajian Wali Songo bag. 8

PAK WALANG
Kajian ini merupakan translite dari kitab " AHLAL MUSAMAROH fi hikayatil aulia'il 'asyroh (MANISNYA OBROLAN MALAM, yang menceritakan wali sepuluh) yang disusun oleh Abul Fadlol bin Abdusy Syakur dari desa Senori, kabupaten Tuban.
Kajian ini diterbitkan setiap hari jumat
----------------------------------------------------------------------------------------------------



1.12. Raden Paku
Minak Sembayu, yang riwayatnya telah dituturkan sebelumnya, mempunyai seorang anak gadis yang bernama Sekar Dhadhu. Ia mamiliki kadar kecantikan yang tinggi. Kecantikan yang tertuang di wajahnya dapat merusak akal setiap lelaki. Jika kecantikan itu dilukiskan dalam bait-bait syair, maka bunyinya sebagai berikut;

Ia memiliki paras yang bagaikan purnama yang bersinar di kegelapan waktu sahur,
Rambutnya yang hitam bagaikan tengah malam yang gelap gulita.

Ketika ia tersenyum, dari susunan giginya terbit kilau cahya,
Seperti kilau sinar kilat yang menyambar, menyilaukan mata  setiap orang yang mellihatnya.

Setiap ia berjalan selalu membuat ranting-ranting pohon itu tersipu malu,
Setiap ia menengok, maka ia menjadikan orang-orang yang melihatnya termabuk ( karena lirikan matanya ).

Setiap ia menghadap seseorang, ia menunjukkan dadanya,
Yang setiap orang yang melihatnya, menyangka bahwa bulat-bulat itu adalah buah delima.

Setiap ia membelakangi seseorang, maka ia menyuguhkan ombak yang membolak-balik ( fikiran ) seseorang,
Perawakannya tidak tinggi dan juga tidak begitu pendek.



Pada saat itu Dewi Sekar Dhadhu, putri Minak Sembayu raja Blambangan, menderita sakit keras. Tidak ada satu pun dari Tabib yang bisa mengobatinya dan bahkan bagi seorang pendeta (pertapa) obat penyakit yang di derita putri Sekar Dhadhu tidak diketahui oleh mereka. Karena sakit putrinya yang tak kunjung membaik, Minak Sembayu didera kesedihan dan kekhawatiran yang tak berujung. Maka ia pun memutuskan untuk mengumpulkan para menteri, pemimpin-pemimpin bawahan, pegawai-pegawai karajaan, dan para juru putus masalah (hakim). Kemudian  raja Blambangan, Minak Sembayu, memerintahkan mereka untuk mengumumkan di daerah kekuasaan mereka masing-masing bahwa barangsiapa yang mengobati putri raja dan ia menjadi sembuh atas pengobatan orang tersebut, maka baginda raja Blambangan akan menikahkan orang itu ( jika laki laki ) dengan putrinya. Serta baginda raja akan memberinya setengah dari kerajaan Blambangan. Setelah itu mereka menjalankan perintah raja Minnak Sembayu. Mereka mengumumkan di daerah pedesaan dan perkotaan. Akan tetapi usaha tersebut belum mendatangkan hasil dan tidak ada seorang pun yang memenuhi pengumuman tersebut.
Pada suatu hari, salah seorang menteri raja Minak sembayu berkata, "Hamba pernah melihat seseorang yang memakai jubah dan kopiah putih, yang menyepi di atas gunung Selangu. Tingkah laku dan perbuatannya berbeda dengan manusia  lainnya. Yakni, setelah matahari bergeser dari tempatnya di tengah-tengah langit, ia akan berdiri dan meletakkan tangannya di bawah dadanya. Ia menggerakkan kedua bibirnya berucap sesuatu yang tidak hamba mengerti itu apa. Tak lama setelah itu, ia akan membungkukkan badannya dan meletakkan kedua tangannya di kedua  lututnya. Kemudian ia berdiri dengan mengangkat dua tangannya. Setelah itu ia turun dan meletakkan jidatnya di  atas permukaan bumi. Dan pada akhir dari semua itu ia akan duduk dan menoleh ke arah kanan dan kiri. Pekerjaan serupa akan ia lakukan pada saat matahari condong di ufuk barat akan tenggelam, saat matahari telah tenggelam, dan sebelum matahari terbit ia akan melakukan perbuatan itu dengan intensitas lebih cepat. Seperti itu rutinitas yang dilakukan oleh orang itu. Jika baginda menghendaki hamba akan memanggilnya untuk mengobati putri baginda yang mulia. Siapa tahu orang tersebut yang dapat mengobatinya."
Baginda raja berkata, "Panggillah lelaki yang kamu sebutkan tadi!" Maka patih itu mengutus seorang laki-laki kepada Maulana Ishaq untuk memintanya menghadap raja Blambangan. Utusan itupun pergi kepada Maulana Ishaq. Ketika ia telah sampai di tempat Maulana Ishaq, ia menceritakan hajat dari baginda raja Blambangan mengutusnya kepada Maulana Ishaq. Maulana Ishaq "mengamini" keinginan raja Blambangan untuk menghadapnya dan ia pergi bersama dengan utusan tersebut.
Ketika Maulana Ishaq telah berada di hadapan Minak Sembayu, raja Blambangan, kepadanya Minak Sembayu berkata, "Aku memiliki seorang anak gadis. Ia adalah buah hatiku dan separoh hatiku. Saat ini dia sedang jatuh sakit. Ia sudah lama menderita sakit dan para Tabib tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Apabila kamu memiliki obat dari penyakit  yang diderita anak gadisku, maka dengan segala kerendahan hati aku memintamu untuk mengobati dan menyembuhkannya. Barangkali ini bisa menjadi sebab kesembuhan anakku dari penyakit yang lama ia derita. Sebelumnya perlu kamu ketahui bahwa aku telah berjanji bahwa barangsiapa mengobati putriku dan ia berhasil menyembuhkannya, maka putriku akan menjadi istri baginya. Serta aku akan memberinya setengah dari kerajaanku ini." Maulana Ishaq menghadap ke hadlirat Alloh SWT dan dengan segala kerendahan diri ia berdo'a meminta kesembuhan bagi putri raja. Lalu ia memberikan obat yang mujarab kepada putri raja. Dengan izin Alloh SWT putri raja, Dewi Sekar Dhadhu, sembuh seketika dari penyakitnya. Dan ia bisa berdiri tegak seperti ia telah lepas dari tali yang selama ini menjeratnya. Minak Sembayu kemudian menikahkan putrinya dengan Maulana Ishaq dan memberikan setengah kerajaannya kepada Maulana Ishaq. Dari sinilah yang menjadi sebab lebih mudahnya bagi Maulana Ishaq untuk berdakwah, mengajak manusia untuk memeluk islam. Ia pun tak henti-hentinya berdakwah dan mengajak orang-orang untuk memeluk islam. Sehingga banyak dari penduduk Blambangan yang beragama islam.
Pada suatu saat ia menemui raja Blambangan, Minak Sembayu. Kemudian ia berkata, "Wahai ayahku, aku datang kepadamu untuk mengajakmu berpindah dari beribadah menyembah berhala kepada ibadah menyembah Alloh SWT, Dzat yang Hidup, Dzat yang Kontinyu, Dzat yang memberi kehidupan, Dzat yang memberi kematian, dan Dia adalah Raja (Penguasa) yang memutuskan segala permasalahan. Untuk itu ucapkanlah, ' Asyhadu An Laa Ilaaha Illalloh Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh ' (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Alloh SWT, dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Alloh SWT)." Setelah mendengar ucapan Maulana Ishaq, raut muka Minak Sembayu berubah merah padam. Ia marah. Kemudian ia mencabut pedangnya dan mengarahkannya ke leher Maulana Ishaq seraya berkata, "Jika kamu tidak pergi dari hadapanku sekarang juga, maka aku akan menjadikan kapalamu terpisah dari badanmu." Dengan diliputi rasa takut ia keluar dari istana dan lari bersembunyi di dalam hutan. Pada saat kejadian itu istrinya, Dewi Sekar Dhadhu, sedang mengandung anaknya lebih dari tujuh bulan umur kandungan. Di rumahnya, istri Maulana Ishaq, Dewi Sekar Dhadhu menangis meratapi perpisahannya dengan suaminya. Hatinya selalu diliputi rasa sedih dan khawatir. Sedang Maulana Ishaq bersembunyi di dalam hutan dan jurang-jurang/goa-goa seperti halnya hewan liar. Tidak ada seorangpun yang menemaninya kecuali hewan-hewan buas dan liar, serta bintang gemintang yang bercahaya. Suatu saat ia berdo'a kepada Alloh SWT agar memberikan balasanNya kepada Raja Blambangan. Maka Alloh SWT menurunkan wabah penyakit pada penduduk Blambangan dan banyak orang yang mati. Seorang penduduk menderita sakit pada waktu pagi, dan ia tidak akan menjalaninya kecuali kematian pada akhirnya. Tidak ada yang dapat menghilangkan wabah penyakit tersebut. Sang raja pun merasa sangat cemas hingga ia tidak merasakan kelezatan makanan yang ia makan, dan susah tidur. Minak Sembayu berkata, "Wabah penyakit ini adalah salah satu keburukan yang dibawa oleh laki-laki itu dan juga anaknya yang sekarang masih dalam kandungan. Maka jikalau anak perempuanku  melahirkan anak itu, aku akan membuangnya ke laut." Dan saat usia kandungan putrinya sempurna untuk melahirkan, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang berharga bagaikan emas murni. Kemudian sang raja mengambilnya dan meletakkan di dalam peti. Selanjutnya ia memerintahkan prajurit untuk membuangnya ke tengah laut. Di tengah laut air laut mengombang-ambing peti tersebut dengan tetap diliputi penjagaan dan pertolongan Alloh SWT untuk menjaga keselamatannya. Dari situlah terlihat karomah seorang waliyulloh.
Tanpa disengaja sebuah kapal pedagang yang berasall dari Gresik melintas di perairan Blambangan dan melihat sebuah peti yang mengambang di tengah laut. Mereka mengambilnya dan membukanya. Betapa terkejutnya  mereka, ternyata yang ada di dalam peti itu adalah seorang bayi yang baru saja dilahirkan, yang wajahnya bercahaya laksana sinar rembulan yang menyilaukan. Tujuan para pedagang dari Gresik itu adalah ingin berdagang ke pulau Bali. Mereka pun membawa serta bayi tersebut bersama mereka hingga sampai ke pulau Bali dengan selamat dan meraup untung yang besar. Ketika para pedaganng itu telah menunaikan semua kebutuhannya, mereka bersiap pulang dari pulau Bali dengan bayi yang mereka temukan tetap bersama mereka. Mereka terus berlayar hingga sampai di sebuah daerah yang bernama Tandhes. Mereka beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan mereka kembali hingga sampai di daerah asal mereka, Gresik. Kapal yang mereka tumpangi merapat ke pelabuhan dan para awak kapal turun ke daratan. Kemudian para pedagang itu menyerahkan bayi yang mereka temukan itu kepada seorang wanita yang bernama Nyai Gedhe. Ia adalah putri dari Sayyid Raja Pendita. Nyai Gedhe bertanya kepada para pedagang itu, "Ini anak siapa?."

Mereka menjawab, "Bayi ini kami temukan di dekat pelabuhan kerajaan Blambangan. Bayi ini dibuang oleh orang tuanya ke laut dengan meletakkannya di dalam sebuah peti. Nyai Gedhe pun merasa sangat senang karena ia tidak memiliki seorang anak. Kemudian Nyai Gedhe menamainya dengan Raden Paku dan merawatnya dengan baik dan sangat mencintainya. Akan tetapi, bayi tersebut (Raden Paku) tidak pernah disusui oleh seorang wanita manapun. Selama tujuh hari pertama bersama Nyai Gedhe, Raden Paku hanya menghisap jarinya. Dan setelah itu Nyai Gedhe meminuminya  dengan air susu kambing. Dan Raden Paku pada waktu itu bersedia untuk meminumnya. Inilah cerita dari seorang bayi (Raden Paku).

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.