Selamat datang di Website PP. Adnan Al Charish

Kisah Pernikahan seorang Santr

Al-Kisah
Pada suatu hari, seorang santri yang tekun
mempelajari hadis dan ilmu hadis hendak menikah.
Ia ingin mengamalkan hadis Nabi saw: An-Nikâhu
sunnatî faman raghiba ‘an sunnatî falaysa minnî,
artinya: “Menikah itu adalah sunnahku, barangsiapa
yang tidak menyukai sunnaku, maka ia bukan dari
golonganku.”
Awalnya ia meneliti keshahihan itu juga bertanya
pada gurunya. Kesimpulannya hadis itu shahih
bahkan mutawatir. Sang santri pun menentukan hari
untuk melangsungkan pernikahannya dengan calon
istri pilihannya dan pilihan orang tuanya. Kemudian
terjadilah pernikahan yang Islami.
Sang santri sangat fanatik dengan hadis yang ia
yakini keshahihannya, tanpa memperdulikan tradisi,
situasi dan ocehan orang lain. Yang penting baginya
menjalankan hadis dan sunnah Nabi saw.
Pada malam pertama pernikahannya, ia berkata
dalam hatinya: saya harus memulai hubunganku
dengan istriku berdasarkan hadis dan sunnah Nabi
saw. Saat akan mulai menggauli istrinya ia berkata
dalam hatinya bahwa Rasulullah saw bersabda
“Khayrul umûr awsathuhâ”, artinya: urusan yang
terbaik itu adalah yang di tengah-tengah.
Ia mulai mengukur tubuh istrinya sesuai dengan
bunyi hadis itu, lalu ia menggauli istrinya. Ternyata,
berkali-kali tidak berhasil masuk sebagaimana
mestinya. Ia bergumam dalam hatinya: istriku
benar-benar gadis. Lalu ia berkata pada istrinya:
Istriku sayang, kamu benar-benar gadis. Istrinya
berbisik ke telinga suaminya: Mas, itu salah kurang
ke bawah sedikit. Sang suami membalas
bisikannya: Tidak, ini benar berdasarkan hadis Nabi
saw: Yang di tengah-tengan itu urusan yang paling
baik. Terjadilah diskusi antara dua pasangan
penganten baru soal hadis dan hal yang faktual.
Karena semalam suntuh tak berhasil menggauli
istrinya, maka esok pagi ia datang ke gurunya untuk
mempertanyakan keshahihan hadis itu. Ia bertanya
kepada gurunya: Kiyai, shahihkah hadis yang
berbunyi: Khayrul umuri awsathuha? Shahih,
mengapa? Jawab sang guru. Tadi malam saya
praktekkan hadis itu pada istri saya, tidak berhasil.
Sang guru tersenyum lalu menjawab: Oh, kalau
dipraktekkan pada urusan yang itu, harus ditambah
lagi satu jengkal ke bawah. Sang santri diam,
kemudian pulang. Ala kulli hal, setelah
mempraktekkan nasehat gurunya ia berhasil
melakukan hubungan dengan istrinya, dan istrinya
tersenyum. Waduh..waduh..waduh… sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.

About the Author

kang sholeh adalah salah satu WNI. Lahir di Tuban, 16 Januari 1985 dan sekarang bertempat Tinggal di Jl. KHR. Moch Rosyid No 556 Ngumpakdalem Dander Bojonegoro.

2 comments

  1. apik2
  2. Mantap...
    Www.santrisalafi.tk
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.