Selamat datang di Website PP. Adnan Al Charish

Kajian Wali Songo Bag. 4

PAK WALANG
Kajian ini merupakan translite dari kitab " AHLAL MUSAMAROH fi hikayatil aulia'il 'asyroh (MANISNYA OBROLAN MALAM, yang menceritakan wali sepuluh) yang disusun oleh Abul Fadlol bin Abdusy Syakur dari desa Senori, kabupaten Tuban.
Kajian ini diterbitkan setiap hari jumat
----------------------------------------------------------------------------------------------------





1.5. Gelang dan Kalung Kiriman Raja Campa
Pada suatu ketika, raja Brawijaya terlibat perbincangan yang hangat  dengan istrinya yang bernama Marta Ningrum. Istrinya, Marta Ningrum, menceritakan bahwa ia memililki seorang adik perempuan yang bernama Chandra Wulan. Adiknya itu juga  memilliki wajah yang sangat cantik. Kecantikannya jika digambarkan merupakan salah satu keajaiban zaman yang ada. Apabila di lukiskan dalam sebuah syair adalah sebagai berikut;

Rambut yang hitam bagaikan kegelapan malam tergerai di atas kepalanya,
Wajahnya bersinar bagaikan lentera di rumah tetangga itu dan giginya berjajar tersusun rapi.

Perawakan tubuhnya seperti pohon Ban,
Bokongnya besar seperti gunung pasir dan bergoyang-goyang jika dilihat dari belakangnya.

Orang-orang yang mensifatinya begitu selalu beerpura-pura tidak mengetahui ketika mereka ditanya,
Apakah ia termasuk manusia atau bukan?

Medengarkan penuturan istrinya tentang adik perempuannya itu, Brawijaya menjadi tertarik untuk mempersuntingnya meskipun kakaknya telah menjadi istrinya. Segeralah ia panggil patih dan juga salah satu orang kepercayaannya di kerajaan Majapahit yang bernama Arya Bangah. Saat ia berada di hadapan Brawijaya, berkatalah Brawijaya kepadanya, "Saya mengutusmu pergi menemui raja negeri Campa. Jika kamu telah sampai kepadanya, maka berkatalah, ' Hamba adalah utusan raja Brawijaya kepada Tuan untuk mengkabarkan bahwa beliau menyukai adik perempuan tuan, Chandra Wulan, sebagai istrinya. Untuk itu akan lebih baik jika anda segera mengirimkannya kepada beliau" Seketika Arya Bangah menjawab," Baiklah  tuanku Paduka raja." Arya Bangah berpamitan kepada Brawijaya. Dan Arya Bangah pun pergi menuju negeri Campa. Saat perjalanan itu syair berdendangan melukiskan keadaan waktu itu. Yang dapat terejawantahkan dengan ucapan Arya Bangah;

Aku telah pergi, dan aku tidak pergi untuk menunaikan hajatku,
Akan tetapi untuk mencari ridlomu yang menjadi angan-angan.

Apabila aku tidak melakukannya, niscaya hatiku tidak akan merasakan ketakukan dan kekuatiran,
Dengan menjelajahi padang yang luas dengan sengatan matahari yang sangat panas.

Hanya dengan satu tujuan menemui seorang raja di suatu negeri,
Dan aku menemuinya untuk mengambil anak gadisnya yang bagaikan rembulan yang agung.

(itu aku lakukan) Dengan hati yang selalu diliputi rasa takut,
Seperti seekor burung Gelatik yang diburu oleh burung Rajawali yang liar.

Semoga aku dapat menunaikan hajat tuanku,
Dengan itu (semoga) aku dapat memperoleh kebahagiaan serta kemuliaan yang diagungkan.

Arya Bangah terus berjalan hingga sampailah ia di negeri Campa. Saat ia memasuki negeri itu, ia mendengar berita penting. Bahwa Raja Campa telah wafat dan raja pengganti sesudahnya adalah anaknya yang bernama Raden Cengkara. Seperti yang telah dituturkan di muka. Dan anak perempuannya telah menikah dengan seseorang yang bernama Ibrahim Al Asmar. Dari pernikahan mereka itu telah lahir tiga orang anak. Mendengar berita itu Arya Bangah sangat sedih. Dengan pasti ia merasa bahwa ia akan pulang dengan tangan kosong tanpa membawa hasil apapun.
Pada waktu ia menghadap raja Cengkara, Arya Bangah di tanya tentang nama, berasal dari negeri mana, dan apa keperluannya menghadap. Maka Arya Bangah pun menjawab, "Tuanku, hamba adalah orang Jawa. Nama hamba adalah Arya Bangah. Hamba datang sebagai seorang utusan kepada Paduka Raja dari Raja agung Brawijaya. Dan hamba juga menyampaikan salam dari beliau serta permaisurinya yang tidak lain adalah saudari kandung tuan, Marta Ningrum, sebagai rasa belasungkawa atas wafatnya ayahanda tuan belum lama ini. Beliau berdua telah memaafkan dan tidak akan mencela tuan karena anda tidak memberi kabar tentang wafatnya ayahanda tuan. Dan beliau mengetahui kabar itu dari seorang laki-laki dari daerah Kalkutta yang datang menghadap beliau."
Raja Cengkara pun menjawab, "Saya tidak memberi berita saudaraku raja yang agung Brawijaya tentang wafatnya ayahku, adalah karena saya merasa meremehkan dan menyepelekan diri saya. Lalu saya berkata pada diri saya, 'jika aku memberitahu beliau tentang wafatnya ayahanda, bisa-bisa beliau akan murka kepadaku karena tidak di beritahu sebelumnya pada saat ayahanda sakit ."
Kemudian raja Cengkara memberi pakaian yang paling bagus kepada Arya Bangah dan memberi penyambutan dengan penuh kemuliaan. Arya Bangah sama sekali tidak mengutarakan tentang maksud sebenarnya ia diutus raja Brawijaya ke negeri Campa. Akan tetapi ia membuat cerita dan alasan sendiri mengapa ia sampai di negeri Campa. Saat Arya Bangah berpamitan kepada raja Cengkara untuk pulang, raja Cengakara berkata kapada Arya Bangah, "Saya mengutusmu untuk membawa gelang serta kalung ini kepada saudara perempuanku Marta Ningrum, istri Raja Brawijaya. Dan berikanlah gelang serta kalung ini kepadanya." Kemudian Arya Bangah minta izin undur diri kepada raja Cengkara. Arya Bangah pun terus mengadakan perjalanan hingga tiba di kerajaan Majapahit dan langsung menemui raja Brawijaya. Saat menghadap raja Brawijaya, Arya Bangah menjelaskan secara panjang lebar tentang hasil dari perjalanannya ke negeri Campa. Ia berkata, "Hamba telah pergi dan tiba di negeri Campa untuk menunaikan kewajiban Khidmah kepada raja yang hamba emban. Namun sayang, perjalanan hamba terbilang rugi dan usaha hamba pun sia-sia dengan tanpa hasil yang didapat. Karena anak dari raja Campa, Chandra Wulan, telah dinikahi oleh seorang laki-laki yang berasal dari tanah Arab yang bernama Ibrahm Al Asmar. Dan dari pernikahan itu, mereka telah dikaruniai tiga orang anak. Sedang raja Campa telah wafat hanya berselang beberapa hari saja dengan kedatangan hamba ke negeri Campa itu. Raja pengganti sesudahnya adalah raja Cengkara, anak laki-laki raja. Dan ini adalah gelang dan kalung kiriman dari beliau untuk diberikan kepada saudarinya, permaisuri Marta Ningrum."
Brawijaya berkata, "Pergilah dan berikan sendiri gelang dan kalung itu kepada Marta Ningrum. Ingat! Jangan pernah mengabarkan kepadanya tentang kematian ayahnya. Karena saya khawatir ia akan merasa susah dan sedih ketika ia mendengar kematian ayahnya darimu." Arya Bangah pergi ke rumah Brawijaya dan bertemu langsung dengan Marta Ningrum. Ia segera menyerahkan kiriman tersebut kepada Marta Ningrum. Dan  saat Marta Ningrum menerimanya dan memastikan bahwa itu benar-benar kiriman dari saudaranya, seketika ia menjerit dan jatuh pingsan. Seluruh penghuni rumah itu terkejut karena jeritan dan tangisan Marta Ningrum. Semuanya berusaha menenangkan dan meredakan tangisan Marta Ningrum. Gemuruh pun tak terelakan menggema di dalam rumah itu. Ketika Brawijaya mendengar kabar itu, segera ia menuju rumahnya. Di dalam hati kecil Brawijaya menyimpan prasangka buruk kepada Arya Bangah. Karena mungkin yang menjadi penyebab peristiwa itu adalah Marta Ningrum diberi kabar tentang kematian ayahnya oleh Arya Bangah. Maka (untuk nemastikannya) Brawijaya bertanya kepada istrinya, Marta ningrum, "Permaisuriku, kiranya apa yang menjadi sebab kamu menjerit, menangis dan jatuh pingsan? ".
 Marta Ningrum menjawab, "Saya menangis karena kematian ayahku"
"Lalu siapa yang memberi kabar itu? Sedang tidak pernah datang surat ataupun utusan yang membawa kabar itu ", Lanjut Brawijaya.
"Dahulu ayahku pernah berjanji kepadaku, bahwa beliau akan berwasiat untuk   mengirimkan  gelang dan kalung ini kepadaku ketika beliau telah wafat. Dan sekarang gelang dan kalung ini telah dikirimkan kepadaku. Maka dari itu aku dapat mengetahui bahwa ayahku telah meninggal." Ini adalah cerita dari Brawijaya dan istrinya Marta Ningrum. 

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.